“ Mengapa di tanahku terjadi bencana, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita. Yang salalu salah dan bangga dengan dosa-dosa…..”
itulah sepenggal syair Ebiet G. Ade yang ungkinsangat cocok dengan realita yang sedang terjadi di bangsa kita
Negara kita sejak tahun 1998 dilanda berbagai macam krisis yang menghantarkan bangsa kita ke keterpurukan. Diawali dengan krisis moneter yang mengakibatkan inflasi semakin tinggi harga kebutuhan pokok melambung tak terjangkau, membuat bangsa kita menuju kebangkrutan. PHK tak terhindarkan, gejolak sosial semakin tajam, konflik horisontal dan vertikal meledak menimbulkan korban jiwa dan arus pengungsian dengan jumlah jutaan orang yang hingga kini masih dalam kondisi yang memprihatinkan.
Pengrusakan Sumber Daya Alam (hutan, gunung, laut, dll) yang mungkin tak pernah terbayangkan oleh para pendiri negara kita, tanpa ada tindakan yang berarti dari pemerintah, ditambah dengan pemanasan global yang juga diakibatkan oleh ulah manusia mengakibatkan alam semakin tidak bersahabat (atau kita yang tidak bersahabat dengan alam ??!!). Musim kemarau kekeringan, musim hujan kebanjiran, berakibat kepada gagal panen yang akhirnya gagal pangan.
Ditambah lagi dengan ulah-ulah pengelola negara kita, bank berjatuhan, bangkrut, kredit macet, , akhirnya uangnya hilang tanpa makna, tak tahu kemana. Dengan mendapatkan penghargaan Korupsi no I di Asia, tanpa tahu siapa yang mengkorupsi. Sepertinya pemerintah sangat bangga dengan posisi itu dengan merauk kembali uang-uang rakyat. Seakan-akan ingin mempertahankan agar bangsa ini tetap pada posisi pertama (korupsinya). Sungguh memprihatinkan.
Cukupkah sudah penderitaan Negeri ini ??.
Di berbagai media cetak maupun televisi akhir-akhir ini diberitakan tentang satu lagi bencana yang sedang menimpa anak bangsa kita, wabah busung lapar sedang menimpa bangsa kita.
Gambaran anak-anak yang kurus kering, muka keriput tampak seperti orang tua, perut yang membuncit dengan kulit di kaki dan tangan yang kendor bergelantung seperti kain. Ditambah dengan kondisi yang sakit-sakitan seperti diare, pneumonia dan lain-lain karena lemahnya daya tahan tubuh sehingga mereka rentan sekali terhadap kematian.
Namun berbanding terbalik jika kita melihat keatas, dengan santainya pemimpin-pemimpin kita berleha-leha, jangankan bertanya bagaimana keadaan rakyatnya sekarang, melirik nya saja enggan. Memang tak semua pejabat seperti itu, tapi jarang kita temukan pejabat yang tidak seperti itu di bangsa ini.
Apakah dengan subsidi PKPS BBM (Program Kompensasi Pengurangan Subsidi- Bahan Bakar Minyak), yang berupa Beras miskin, Asuransi Kesehatan, program padat karya, dll, Mereka sudah bisa dikatakan perhatian dengan rakyatnya??
TIDAK, hanya mampu membantu sesaat, tapi tidak bisa mengangkat mereka dari jurang kemiskinan, relatif tidak berubah.
Apakah hal itu hanya dijadikan untuk mencari popularitas saja?
Jawabannya mungkin iya, jika benar seperti itu rakyat benar-benar sedang dibodohi.
Haruskah bangsa ini hancur karena pejabat yang mempunyai part time job menjadi penjahat..
kita lihat saja nanti….